30 Des 2019
2020 = 20 X Semua Mimpi
Sejak gw nongol di bumi, baru sekali ini lihat Tahun baru
dengan formasi angka dobel cantik, 2020
Bersyukur? pastilah, gw sangat bersyukur dengan segala
kekurangan, masalah, kesedihan, kehilangan, kesebelan, kekeselan dan kelebihan yang sudah gw jalanin dan alami
sepanjang tahun 1800an, 1900an, 2000an
Jangan nyinyir, tau apa kalian yang belom lahir di tahun
1800 dan 1900an? Jangan bangga karena lahir di 2000an dan berasa masih muda ,
fyi, kalian ngga akan tambah muda jugalah kedepanya
Seperti biasa, saat semua orang jerit jerit dan saling
cipika cipiki menyambut tahun baru, satu titik hitam legam muncul dari kejauhan
dan semakin mendekat hingga menutup lembaran putih bersih yang sudah setengah
mati dipertahankan di pelupuk mata Selama tahun tahun sebelumnya.
Lo tau apa yang akan terjadi di masa depan? Nggak!
Apa lo tau, akan ada kesuksesan atau kegagalan di tahun yang
baru? Nggak!
Yang pasti dan mungkin terjadi di masa depan adalah, kalau
si Kim Jong Un ngga sengaja mijit tombol nuklirnya waktu dia lagi latian joget
Zumba, Kelar bumi tercinta ini.
Perang Dunia jilid 1 dan 2 sudah terjadi, berapa persen
kemungkinan dunia kiamat saat itu? 10%
Kalau harus berlanjut ke Jilid ke 3, berapa persen
kemungkinan kita kiamat? 1000%
Wkwkw.. ga penting banget analisanya ya
Kita semua udah liat, jijik, eneg, miris dan apalah namanya lihat
berbagai drama murahan yang terjadi sepanjang tahun 2000an.
Khususnya di akhir 200an, kegilaan dunia sosial media yang
dipuja sejuta umat, sudah melahirkan sekelompok Homo Sapiens berkualitas rendah,
mulai dari politisi, celebritis, pejabat sampai kroco mumet macam gw, bertingkah
polah bak manusia Goa yang bukan aja Cuma
bisa saling mencaci dan memaki, tapi bahkan bisa memecah belah sebuah keluarga.
Hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Akankah drama seperti itu akan berlanjut di tahun mendatang?
Pasti!
Gw pesimistik? Salah.. Gw Skeptik lebih tepatnya, karna gw
ngga pernah menganggap opportunity sebagai opportunity, semua opportunity dalam
kamus gw masuk dalam kategori Challenge.
90% failed 10%Goals, high standard is a must.
What can I say, I do what I eat and I eat what I do, nothings
ever comes easy
The point is, di tahun yang baru dengan harapan baru, kadang
bahkan sering, kita masih berjalan dengan cara lama yang sudah kita biasa
lakukan.
Merubah bukan hal yang mudah, walaupun kita tahu itu sebuah
keharusan.
Gw bukan orang bijak yang mampu berbagi cara menuju
keajaiban
Menjaga selembar kertas putih utuk tetap bersih dan rapih
ngga lebih gampang dari menjaga selembar kertas hitam legam.
Selama lembaran itu kosong, tetap ngga aka ada artinya. Setuju?
Isi dengan segala macam ide, rencana, teori, strategi dan
segala coretan lainya
Bukan hanya sekedar makian dan cacian, omong kosong dan
rayuan
Tapi sesuatu yang bisa membuat perubahan, apapun itu selama
untuk menjadi lebih baik.
Segala doa dan harapan untuk lebih baik, kadang tersapu
bersih setitik ombak permasalahan yang kerap terjadi, jangan cupu, setiap jalan
pasti punya hambatan.
1 pelajaran mahal yang gw dapet dari perjalanan hidup sebelum
2020
Bodohlah utuk diri sendiri, jangan menyebarkan kebodohanmu
ke semua orang
Ngga ada yang lebih baik dari orang bodoh yang tidak
membodohi orang lain
Orang Bodoh pasti belajar utuk jadi Pintar
Orang Pintar.. sejauh ini sih paling banter cuma bisa minum
jamu tolak angin
Selamat tahun baru 2020
Jangan sok muda, kamu belum tentu akan lihat tahun baru 3030
Itu 1010 tahun lagi tauk
JB Last day of 2020
5 Jun 2019
Degradasi Tata Krama
"Selamat Siang Pak, ada yang bisa
dibantu?"
"Oom Henponya Oom Boleh.. dilihat
dulu aja"
"Parfumnya Kakaaaa.. semerbak
Kakaaaa…"
"Bundaa... mampir dulu lagi diskon
Bun... boneka lucu buat si kecil"
Sering dengar kan ya… Sapaan
bersahabat sosok security saat kita masuk ke dalam bank atau teguran halus dari
para SPG dan Sales di sebuah mal yang mencoba menebar rayuan supaya kita mampir
dan membeli produk mereka, semua dilakukan atas nama mendapatkan perhatian dari
kita yang dalam kehidupan sehari hari, sudah cukup ruwet direpotkan dengan
segala hal.
Sayapun terus melenggang menuju
sebuah Coffee shop di dalam sebuah mall terkenal di Jakarta selatan, setelah
membeli segelas Teh beraroma chamomile (maaf saya ngga ngopi) dan plain croissant,
saya membuka laptop dan duduk sambil mencari inspirasi.
Celoteh para pengunjung terdengar
di kiri kanan kuping saya, sekumpulan remaja membicarakan urusan artis korea
dan beberapa pria memperdebatkan (lagi lagi) urusan politik di negeri ini.
“kalau gua sih yakin Jok*wi bisa
jadi lagi, soalnya kan ada Megaw*ti dan Surya Pa*oh, belom lagi Sri Mulya*i,
Yusuf Ka*a, Muhaim*n, bla bla bla…
Nyeessss.. kurang lebih begitulah
bunyi rasa sesak di ujung hati saya, saat mendengar celotehan sekumpulan orang
berpakaian bak esekukutif muda di meja sebelah.
Apa yang salah dengan mereka? Guman
saya dalam hati
Mereka bukan anak kecil, dari
cara berpakaian dan gadget yang terus menerus berada di dalam genggamanpun
sudah bisa menunjukan strata sosial dan ekonomi mereka bukan berada di level
yang berkekurangan.
Kalaupun mereka bukan anak kecil,
sayapun sejujurnya ga tua tua amat (sorry ye.. kenyataanya emang begitu wkwkw…)
, tapi jelas mereka dan saya minimal sudah pernah merasakan punya 4 atau 5 presiden di republik ini, selama
perjalanan hidup mereka… dan saya.
Pak Harto, Gus Dur, Bu Megawati,
Pak Habibie, Pak SBY dan sekarang Pak Jokowi
Saya jadi teringat waktu kecil, begitu
marahnya bapak saya yang seorang tentara, saat saya menyebut nama kakak saya
tanpa menggunakan embel embel “Mas” di depan namanya.
“kamu itu adiknya, harus sopan, kalau
manggil kakakmu harus pakai Mas!”
Mak Nyuuus… boro boro ngelawan,
saya hanya diam seribu bahasa, dan sejak itu, kata “Mas” pun selalu menjadi
nama depan kakak saya.
That’s what we call it “Brand
Equity” alias The Value of having a well known brand name… kata pakar marketing di seluruh dunia.
hmm... guman saya dalam hati…
untung saya bukan barang ya…
Bisa bayangin nggak, kalau saya
masuk bank atau toko, para Sekuriti atau SPG yang semlohay itu akan manggil
nama saya..
“Selamat Siang Nyeet, ada yang bisa dibantu?” Atau
“mampir dulu “nyet” henponya lagi diskon” atau NYAT NYET NYAT NYET Lainya…
“Selamat Siang Nyeet, ada yang bisa dibantu?” Atau
“mampir dulu “nyet” henponya lagi diskon” atau NYAT NYET NYAT NYET Lainya…
Wuaduuh… Mo Tarok dimana muke gw
yang kece ini didepan orang banyak… ahahaha…
“Lack of Respectation” atau lebih
tepat disebut “Moral Degradation” yang dalam bahasa gampangnya bisa dibilang “Kagak
punya Sopan Santun” sudah Sah menjadi Trend yang halal hukumnya di ikuti oleh
seluruh generasi di negeri ini.
Tidak pandang bulu, rambut dan
kuku, strata sosial, ekonomi dan intelektual, bahkan rentang usiapun tak lagi
bisa memagari batas kesopanan dan norma norma berkehidupan yang jelas tertulis dan tidak tertulis.
Coba Panggil Guru kita disekolah
tanpa pakai kata depan Ibu atau bapak *contoh: “Nita, saya minta ijin ke toilet”
atau panggil Boss kita di kantor seperti ini “Darmin, saya hari ini izin pulang
cepat ya”
Saya jamin, ngga sampai 10 menit,
kita pasti bisa merasakan akibatnya ^_^
“Brand Equity” sebagai sumber
dari segala sumber kekuatan sebuah produk untuk memiliki eksistensi dan
kepercayaan publik, memang terbukti sakti mempengaruhi pola persaingan di
pasar.
Trend global dan cepatnya perkembangan
teknologi informasi juga ikut andil berkontribusi, atau lebih tepat (secara
spesifik) memporak porandakan tatanan norma norma di segala sudut kehidupan.
Tidak perlu lagi membangun
karakter dalam waktu lama, hanya dalam tempo cepat dan murah, sebuah produk
atau sesosok manusia bisa langsung melejit ke puncak popularitas, hanya dengan
strategi sederhana bernama “Kontroversial”
Old Skool ya saya? Kolot? Atau cara
mikirnya jadul?
Terserah mau dibilang apa, yang
jelas (menururt saya), Saat kita “TERBIASA” meninggalkan norma kesopanan dan Tata
karma, maka sejak itu pula kita akan cenderung merasa lebih superior dan
meremehkan segala suatu.
Bagaimana mungkin kita bisa “Upgrade”
diri kita sendiri, kalau kita tidak bisa melihat mana yang baik dan buruk? Mana
yang sopan dan mana yang koplak? Mana yang benar dan mana yang Hoax?
Jangankan bisa bekerja lebih baik
dari orang lain, yang pasti sih akan jadi jagoan teori dan lebih pinter mencibir
tentang hasil karya orang lain.
Lah gimana? Di Jaman Now ini, ngga
perlu lagi susah susah belajar dan berpikir, apalagi mempertimbangkan Tata Krama
sebagai referensi tambahan, hanya dengan
ngetik di search engine, kita udah bisa tau segala hal, mulai dari masak nasi
goreng sampai cara ngirim orang ke bulan.
Tapi apa iya kalau kita disuruh
masak nasi goreng, rasanya akan se enak nasi goreng langganan di tikungan
komplek? Apalagi kalau disuruh mikir
pergi ke bulan gaeeess… boro boro
Pinter itu Relative ! Goblik itu
Mutlak ! Setuju?
Marketing Strategy adalah sebuah
Tools yang tidak akan pernah berhenti mencari cara baru untuk mendorong sebuah
wujud menjadi Populer! Itu sudah pasti.
Percuma Dilawan… di bawa santai
ajah :p
Tata Krama dan Kesopanan justru
akan tetap berdiri Tegak di tempatnya, dan jangan pernah berharap akan berubah
wujud menjadi bentuk yang lain.
Dalam Konteks Politik, kelompok
Oposisi jelas akan meng”halal”kan segala cara untuk merobohkan lawanya dengan
berjuta rencana.
Jangan harap Tata Krama dari mereka,
Selama mereka masih lapar mencari kuasa, Tata Boga dan Tata Kata lah yang akan
jadi panutan utama.
Kita memang ngga bisa berharap
orang akan “Respect” kepada kita… iya kan?
Tapi inget ya… kalau kita ngga punya
rasa Respect sama orang (apalagi yang lebih tua), kita juga ngga ada bedanya
sama mereka yang ngga punya Tata Krama.
Marah ngga, kalau bapak kita di
sebut namanya tanpa sopan santun? Hei.. kau anaknya Indro ya?
Marah ngga, kalau ada orang yang
titip pesan ke ibu kita dengan cara “ titip pesen sama si Nia ya”
Langit terang berganti warna
menjadi ke emasan saat Saya akhirnya menyudahi “tongkrongan” di coffe shop
dengan tersenyum
“Untung saya dididik untuk
menghormati orang lain… siapapun itu”
“Untung saya punya teman teman
yang masih manggil saya Mas, Dek, Oom, Broh”
“Untung para SPG masih manggil
saya.. Kakaak... Boleh Kakak Boleh Kakak”
Sekali lagi… saya ngga bisa bayangin
kalau Tata Krama sudah punah dari dunia
Mungkin saya akan ikut ikutan
manggil kamu… Halo Nyeeet… kamu apa kabar siiih…
Manggil pacar aja pake istilah “Beeibb…
Saay.. honeey… Cintakuuh…” masak panggil Presiden Cuma namanya doang… situ okeee ?
Middle 2019
JOEY Bee
Panggil saya Nyet, jangan marah
kalau tak tendang
3 Jun 2019
Radical Vs Radicalism
Setelah beberapa tulisan saya yang berkaitan dengan issue politik
dipendam bertahun tahun, akhirnya saya
“terpaksa” menyentuh wilayah super sensitive ini
Sejujurnya saya tidak tertarik dengan hal berbau politik dan segala
sebab akibatnya (seperti sudah sering saya bilang), rasa gemes lah yang
akhirnya membuat saya menerbitkan sedikit uneg uneg absurd, yang saya coba
rangkum menjadi sebuah anilsa bodoh berbentuk tulisan nggak mutu ini..
hehehe..
Straigh to the point, sebelum masuk ke inti permasalahan, setidaknya
saya mencoba memahami arti kata radikal dan radikalisme secara popular
Merujuk pada beberapa literatur, pengertian Radical adalah : sebuah
perasaan (afeksi) positif terhadap sesuatu yang bersifat ekstrim sampai ke akar
akarnya, sikap radikal (menururt Dr.Sarlito Wirawan:2012) akan cenderung
membela mati matian mengenai suatu kepercayaan , keyakinan agama, atau ideology
yang dianutnya.
(Kika Nawangwulan: 2015) lebih tegas mengatakan bahwa radical adalah
sebuah perilaku / perbuatan kasar yang bertentangan dengan norma dan nilai
nilai sosial
Di adopsi dari bahasa Latin, Radix / Radic yang berarti “Root”,
Radical adalah sebuah perilaku yang merupakan ekspresi yang berdasar pada
keyakinan yang terakumulasi dalam jangka waktu yang lama dan telah mengakar
pada diri sesorang (menurut saya)
Si “Radical” ini sebenarnya bukan barang baru, sejak abad ke 19, pergerakan
ini digunakan pada saat terjadinya revolusi perancis oleh sekelompok orang
untuk secara drastic merubah haluan politik dan sistim pemerintahan
https://www.encyclopedia.com/history/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-releases/radicals-and-radicalism
https://www.encyclopedia.com/history/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-releases/radicals-and-radicalism
jamanya civil war di Amerika, perilaku ini juga telah menjadi “Label”
kelompok republican untuk menyerang kelompok konfederasi dengan issue sosial
dan hak asasi demi merubah arah haluan politik Amerika.
Ok, Stop belajar Sejarah, Sekarang apa bedanya Radical dengan
Radicalism?
Radikal gampangnya adalah sebuah perasaan dan perilaku yang tertanam
dalam diri sesorang, kalaupun akhirnya nanti akan tersalurkan dalam bentuk
perilaku positive atau negative, ya tergantung dari apa yang dipahami ornag yang
bersangkutan… kok gitu?
Apa yang salah dengan pemahaman radikal? Ngga ada yang salah… yang
salah itu kalau outputnya akan merugikan orang lain, Simplenya gini, kalau kita
berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada dan kita tanamkan pada diri kita bahwa Tuhan
itu mengajarakan hal baik dan tidak boleh manyakiti mahluk lain, ya outputnya,
kita akan memiliki sebuah pagar kokoh dalam diri kita untuk percaya kepada
Tuhan dan selalu berpegang apda prinsip kebaikan.. (jangan di debat dulu ya..)
Sebuah perilaku yang cenderung bersifat keyakinan teguh terhadap
sebuah hal dengan output positive (atau hanya untuk konsumsi diri sendiri tanpa
melibatkan orang lain) ini, lebih dikenal dengan perilaku Fanatis / fanatic.
Kita ngga akan membahas fanatic / fanatisme dalam ulasan ini deh..
ntar kepanjangan.. :p
Balik ke Radikalisme, bedanya dengan radical, Radikalisme ini adalah
biang kerok dari berbagai perilaku yang terakumulasi akibat paham yang di
suntikan secara terus menerus kepada orang orang melalui jalur yang mereka
yakini (contohnya Agama)
Nah.. that’s why I never and ever likes
politics.. dalam Politik, yang hitam bisa jadi putih dan yang putih bisa jadi
ijo.. Sebut aja saya Naif, tapi saya
orang yang bisa membedakan mana Politik dan mana Agama.
Masalahnya adalah, Para politikus berkualitas
rendah di negeri ini selalu mencampur
adukan unsur Agama untuk memuluskan keinginan mereka menjadi penguasa, semua
hal yang berbau kualitas individu dan parameter kapabilitas seseorang untuk
menjari pemimpin akan jadi Absurd, karena berbenturan dengan suatu hal yang
abstrak ! boro boro mereka punya program dan rencana berkualitas untuk
memajukan bangsanya.. hampir semua yang di propagandakan seolah hanya mimpi di
awang awang dan 99% jauh dari applicable, Debat dengan merekapun akan berujung
pada pak kusir yang sedang bekerja.. alias debat kusir ! karena segala logika
akan terbentur dengan tembok besar bernama Agama.
Jangan Melotot lah.. saya punya Agama dan
saya percaya Tuhan, tapi sebuah Negara kan juga harus tetap memiliki integritas
dalam perjalananya, semua hal harus memiliki porsi yang cukup, demi tegak dan
majunya sebuah bangsa.
Buat saya, persaingan politik haruslah
berpegang pada prinsip dasar tata Negara dan mempertimbangkan kemakmuran dan
kemajuan bangsa, buatlah program berkualitas dengan berkaca pada prestasi yang
telah dicapai di era sebelumnya, bukan hanya retorika belaka yang penuh janji
manis dan penggalangan opini tentang sebuah kegagalan dan ajakan untuk
bertindak radikal demi mencari kuasa.
Sejak dilahirkanya NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Burung Garuda sudah
terbukti menjadi trio sakti yang mampu menahan berbagai ideologi dan paham
miring yang selalu mencoba untuk merubah haluan negeri gemah ripah loh jinawi
ini, (btw, ini terlepas dari beberapa penguasa yang serakah memperakaya diri
sendiri loh yaaa)
Ribuan rakyat, ratusan pahlawan dan puluhan martirpun telah berpulang
demi mempertahankan sang Negeri Demokrasi yang disegani seantero jagad! Jangan
pernah lupa itu!
Mau bertindak Radikal? Boleh… silahkan berhadapan dengan hukum dan
undang undang
Mau berpaham Radikalisme? Juga Boleh… silahkan yakini apa yang
dipahami.. tapi Sendiri ! tetap dalam kardusmu! Gak usah pengaruhin orang lain!
Kenapa Melotot? Yang udah udah kan selalu akhirnya orang lain yang
rugi, saat kamu memaksakan radikalismemu, iya kan?
Berpolitik tuh yang Keren, prestasi dan kualitas dulu tunjukin! Baru
koar koar
JOEY B SAY NO TO RADICALISM
(2019)
Terpapar effect
“Hmm…” kurang lebih itu guman saya, saat mendengar
kata “Terpapar” yang akhir akhir ini jadi trending topik hampir disetiap
obrolan dengan berbagai kalangan.
Mahasiswa terpapar, Militer
Terpapar, anak anak terpapar, tukang krupuk, tukang bakso terpapar…
Kenapa nggak ter”tampar” atau
ter”gampar” aja sekalian?
Saya juga pernah terpapar…
terpapar cinta… wuah berjuta rasanya, hari hari menjadi begitu indah, semua
terlihat sempurna dan hiduppun terasa panuh semangat membahana.. ahahaha…
Maaf, ngga maksud mencibir
ataupun meremehkan keadaan papar mempapar ini, tapi nggak sekali dua kali saya
dihubungi, didatangi, di lobby mereka yang mencoba me”mapar” saya dengan
keyakinan mereka terhadap suatu hal.
Hasilnya, mereka balik badan dan
ngedumel karena ngga bisa mempengaruhi saya.
Buat saya, janji janji manis dan masa
depan bertabur bintang yang mereka lontarkan, hanyalah sebuah khayalan yang
akan berakhir tragis… khususnya buat saya.
Lha wong, saya ini dari dulu
diciptakan harus bekerja dan berjuang mencari rejeki plus pontang panting
nambah ilmu untuk meningkatkan kualitas hidup, tolong dicatat, sampai detik
inipun saya berdiri, bukan merupakan sebuah hasil karena hanya nurutin kata
orang harus begini dan begitu.
Pergolakan yang terjadi di negeri
ini, bukan hanya sekali diramaikan masalah papar memapar ini.
Kalau boleh saya mencari padanan
kata “Terpapar”, mungkin akan lebih tepat kalau menggunakan kata ter”pengaruh”,
ter”kibuli” atau ter”gombali”
Kata “Terpapar” yang saya kenal
biasanya digunakan dalam konteks epidemik sebuah wabah penyakit yang menyebar
dengan cepat dalam sebuah lingkungan, obatnya… gampang saja, isolasi daerah itu
dan cari penyebabnya untuk selanjutnya tinggal diberikan obat penawar.
Layaknya sebuah wabah, Trend
“Terpapar” saat ini memang agak sedikit lebih rumit untuk disembuhkan, karena
lebih dekat kepada unsur sosiologi dan intelektualitas ketimbang unsur biologi.
Radikalisme adalah sebuah sel
yang tertanam disetiap manusia, semua orang memilikinya, sejauh mana sel ini
akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan, semua tergantung pada sang
manusia.
Dalam dunia Intelejen, “Power of
repeatation” atau kekuatan pengulangan, dikenal cukup ampuh untuk merubah cara
pandang sesorang terhadap suatu keyakinan, cara yang sama, tanpa kita sadari,
juga dilakukan dalam bidang lain bernama
“marketing”, saat sebuah produk berulang kali di promosikan sebagai barang
murah atau diskon gede gedean, maka tinggal masalah waktu kita yang mendengar
akan mempercayainya tanpa mempertimbangkan kualitas dan logika.
Power of repeatation dalam
sejarahnya pernah dilakukan dalam bentuk propaganda oleh negeri berorientasi
“tidak ber Tuhan”, para penguasa melakukan himbauan dan ajakan untuk
mempercayai apa yang dikumandangkan, demi meningkatkan kepercayaan, bahkan
membuat sesorang bertindak irasional dan berperilaku ekstrem.
Sejarah telah mencatat hasilnya,
ribuan rakyat jepang mati sia sia saat Herosima dan Nagasaki luluh lantak
dihajar bom atom, ratusan pilot melakukan kamikaze demi harga diri, jutaan
orang mati sia sia karena sebuah keyakinan bahwa ras Aria lebih superior dari
ras manapun dan puluhan ribu sapi harus dibakar karena ter”papar” virus antrax.
Semua berakhir tragis, bahkan
polemik politik di Venezuelapun yang paling up to date, berakhir dengan skor
satu kosong untuk pemerintahan yang sah.
Jangankan anda, sayapun geram
melihat begitu banyak orang bertingkah aneh bin ajaib demi membela keyakinanya
yang (menurut saya) tidak selalu memiliki kualitas.
Terus.. apa yang bisa kita
lakukan? Jujur ya... ngga ada… kalau kita sendiri ga total melawan.
Bukan kita yang memulai perang,
tetapi mereka duluan yang menabuh genderang perang!
Jadi, sebaiknya kita harus lebih
cerdas membangun strategi untuk bertahan dan melawan di tempat dan saat yang
tepat! Itu kuncinya!
Konfrontasi jelas bukan pilihan,
karena itulah yang mereka (para kaum pemapar) tunggu dan cari.
Kata kuncinya “cerdas”, mereka
yang mudah ter”papar” adalah mereka yang hanya hidup dalam tempurungnya sendiri
dan menjunjung mimpi sebagai sebuah prestasi.
Sigmund Freud https://psychoanalysis.org.uk/our-authors-and-theorists/sigmund-freud,
jauh jauh hari sudah mengingatkan bahwa Manusia tidak akan pernah bisa lepas
dari 3 unsur utama alam bawah sadar, conscious, preconscious dan sub conscious,
semua perilaku kita tanpa kita sadari bergantung pada 3 hal tersebut.
Saya ber teori, ada 3 kelompok manusia
yang rentan ter”papar” suatu faham yang kontra dengan norma norma sosial dan
berkehidupan.
- Golongan Apatis, mereka yang tidak peduli tergadap aspek sosial, hanya mengeluh dan mengharap perubahan jatuh dari langit
- Golongan Oportunis, mereka yang mencari panggung untuk kepentingan diri sediri
- Golongan phragmatic / fragmatis, mereka inilah yang cenderung memiliki skill tertentu dan menjadi sumber utama yang me”mapar”kan hal tertentu demi kepentingan mereka
Lho ? berarti semua orang bisa
terpapar dong? Sedihnya.. iya, tapi jangan lupa kita masih punya Golongan
Idealis dan yang utama adalah Golongan “Waras”is alias kelompok orang orang
waras! Wkwkwk… sebenarnya, analisa strategis saya lebih dalam mebahas hal ini,
tapi atas nama ke hati hatian, saya
tidak dapat secara gamblang memaparkan seluruhnya kepada publik.
Seperti sudah dibahas diatas,
Power of repetation, adalah strategi yang umumnya digunakan oleh mereka yang
mencoba me”mapar”kan suatu hal yang Seolah olah benar, dengan bumbu
radikalisme.
Mereka akan meng ulang ulang
narasi yang sama, dengan kedok perintah Agama (biasanya) dan tambahan bumbu
fitnah dan cerita karangan versi mereka, demi mempengaruhi korbanya.
Parahnya lagi, mereka adalah
orang orang yang tidak bersembunyi dan ada di depan kita, merekapun tampil sebagai sosok yang secara kasat mata
terlihat patut untuk dijadikan panutan.
Dalam perjalanan Negeri bernama
Indonesia, sudah berkali kali kita di hadapkan pada konflik berbau separatisme dan
radikalisme, dan berkali kali pula Burung Garuda penjaga NKRI Tegak berdiri bersama
dasar Negara Pancasiladan UUD1945.
Teori Sigmund Freud pada intinya mengingatkan
kita agar selalu dalam keadaan “Alert”, waspada pada setiap kondisi dan siap
melakukan tindakan preventive untuk menghindari keadaan terburuk.
Setuju, bahwa manusia suatu saat
akan memiliki kelengahan, tetapi jangan lupa, Tuhan memberikan early warning
bernama firasat dan logika pada setiap mahluknya.
Ketahui dulu siapa lawanmu maka
kamu akan tahu cara paling tepat untuk menghadapinya, gitu kata sun Tzu,
seorang jenderal ahli strategi perang yang menulis teori strateginya di abad ke
6 sebelum masehi dan masih dijadikan acuan seluruh militer dunia sampai saat ini.
Sedangkan teori saya mungkin
terdengar agak absurd, “layaknya membengkokan sebatang Besi yang Lurus, kita
akan berupaya sangat keras untuk membengkokanya, tetapi apabila sebuah besi
telah bengkok, apapun upaya yang dilakukan untuk meluruskanya, kalaupun berhasi
kelurusan sang besi tidak akan pernah sempurna.
Demikian juga dengan Manusia,
semua terlahir “Lurus” tanpa cacat dan cela, orang tua manapun tidak akan mem”bengkok”an
jalan seorang anak menuju arah yang salah.
Mereka yang berada di sekitar
kita, orang tua, anak, kakak, adik, saudara, teman, sahabat harus saling
menjaga dan saling mengingatkan.
Katakan yang salah adalah salah
dan yang benar adalah benar!
Jadikan Ilmu pengetahuan,
pengalaman dan Agama sebagai satu kesatuan formula untuk meningkatkan kualitas
hidup, bukan sebagai bagian yang terpisah.
Bukan hal yang mudah merubah
suatu hal yang tanpa kita sadari sudah terlanjur ter”papar” dalam jangka waktu
yang lama.
Luangkan waktu untuk berpikir “Cerdas”,
saat kita tahu orang yang kita sayangi mulai berperilaku anti sosial dan
memiliki tendensi negative, bertindaklah segera tanpa kompromi.
Tidak ada yang bisa kita lakukan
selain mencegah, karena kalau sampai kita harus merubah, maka perjuangnya akan
jauh lebih sulit.
Jangan paparkan mereka yang masih
“lurus” (anak anak yang masih dibawah umur dan mereka yang masih mencari jati
diri) dengan hal yang tidak kita ketahui.
Berikanlah mereka hak dalam menetukan
pilihan dan perkaya dengan kemampuan tambahan yang bersifat sosial, seni,
budaya dan teknologi.
Jauhkan segera dari lingkungan
berpengaruh buruk, bahkan dalam hal pendidikan sekalipun.
Dan jangan pernah lelah dan
lengah, karena mereka yang mencari mangsa akan terus mencoba dengan segala cara.
Paparan Radikalisme tidak akan
bisa kita hadapi dengan kekuatan apapun selain meng”upgrade” diri kita sendiri
dengan pola pikir yang berdasar pada logika dan keterbukaan wacana.
Setuju, bahwa segala hal yang
berbau duniawi adalah hanya sementara, tapi jangan lupa bahwa kita berpijak
pada bumi dan beratap langit selama kita masih bernafas, hargailah apa yang
maha kausa berikan kepada kita, toh kita tidak harus menuruti “kata orang”
untuk menuju kehidupan kekal selanjutnya kan?
Terpapar atau memaparkan diri
adalah sebuah pilihan.
Cerdaslah dan pertimbangkan
dirimu dan lingkungan terdekatmu sebelum kamu memikirkan orang lain yang “belum
tentu” memikirkanmu disaat mereka sudah menguasaimu demi kepentingan mereka.
Middle 2019
Joey B
Saya Masih waras
18 Mei 2019
What doesn’t kill me, Makes me stronger!
Saat kita masih kecil, kita
selalu berlari kearah ibu dan bapak.. mencari Mereka saat ia hilang dari sudut
mata.. menangis demi mencari perhatianya dan menolak berjalan demi merasa aman
berada di dekapanya
Kita tak pernah malu.. kita tak
pernah ragu.. karena kita tahu kita dalam lindungan Mereka
Saat kita mulai belajar membaca
dan memiliki teman sebaya, kita mulai bertanya pada mereka.. ini apa? Itu apa? Kenapa
begini? Kenapa begitu? Dan dengan sabar, Mereka selalu menjawab pertanyaan kita
satu persatu
Saat kita bisa membaca dan
berhitung, mulailah Tuhan meng”install” software bernama “malu”
Boro boro memakai baju bergambar
monyet dan pisang.. digendongpun kita tak mau.. “aku kan malu dilihat teman
teman.. “ iya kan ?
Tapi tetap dengan sabar, Mereka
selalu menyiapkan seragam sekolah kita, mengisi lunch box kita dengan berbagai
makanan dan minuman bergizi, membantu mengerjakan Pe Er, me-nina bobokan kita saat rasa kantuk mulai
datang dan berbagai hal lainya yang akan selalu dan “always” berhubungan dengan
kesehatan, keselamatan dan kesenangan kita.
Disaat kita sudah mahir membaca
dan menghitung, mullailah kita berusaha menanggalkan atribut “anak kecil” kita
dengan segala hal yang kalau diingat ingat lagi.. mungkin sangat memalukan
Menolak dimandikan.. sudah pasti
^_^ , mulai bergaya dan berdandan bak orang dewasa.. ikut ikutan trend paling
up to date.. dan menahan tangis sebisa mungkin supaya gak dibilang cengeng..
wkwkwk..
Waktu terus berjalan sampai kita
mengenal sebuah rasa abstrak bernama “cinta”.. 4 huruf pengganggu emosi ini
seakan menjadi sebuah persimpangan keramat diujung jalan yang sebelumnya lurus lurus aja.. , mau ke
kiri atau ke kanan ?
Jangankan di ingatkan teman.. nasihat
orangtuapun gak akan mempan, saat kita mulai mempertimbangkan mau pergi nonton sama pacar, tapi tahu
pulangnya akan kemaleman atau menolak nonton, karena takut kena marah pulang
kemaleman.. semua menjadi ruwet karena mempertimbangkan “atas nama cinta”.. ahahaha..
Akhirnya tetep nonton dan bersiap
dengan segala alasan :)
Selanjutnya.. masalah demi
masalah silih berganti menerpa kita, bak hujan deras yang tak kunjung reda..
Cemburu, Putus cinta, nilai ujian
jelek, ketahuan bo’ong, jatuh sakit, sedih karena berantem dengan sahabat, dan
ini itu lainya
Begitulah.. mau salahin siapa? Kan
semua pilihanmu sendiri.. itu yang dikatakan orang tua, saat kita duduk
berhadap hadapan di meja makan dalam sebuah sidang keluarga.
Tahun berlalu silih berganti dan
sampailah kita pada sebuah keputusan untuk menjalani hidup dengan orang yang
kita cintai.
Minta restu orang tua? Aturan
Klise, Jelas akan tersirat.. tentu saja ditambah addendum lainya.. umur cukup, Sekolah
sudah selesai, sudah bekerja, sopan dan minimal udah pernah makan malam bersama
keluarga sebanyak 12 kali (kalau dihitung bulanan, berarti pacaran minimal setahun dan
dinner sebulan sekali ya..)
Segala masalah dan perjalanan
hidup yang kita lalui mulai meredup, menuju sebuah babak baru yang kalau di
analogikan menjadi sebuah buku.. baru sampai di bagian sampul depan.. dan "sialnya" nggak ada chapter index yang bisa jadi patokan, untuk mengetahui akhir
ceritanya akan gimana.. paling pol juga ada referensi dari para pendahulu, yang malah
cenderung bisa bikin tambah stress.. wkwkwk.. selamaat.. semoga awet sampai usia senja yaa..:)
Tuhan sungguh amat bijaksana, Ia hanya
meng “install” program "rasa malu" di dalam diri kita, sedangkan program lain bernama
“Tanggung Jawab” tak akan pernah diberikanNYA
Pelit? Enggak laah..
Ia tahu.. “Tanggung Jawab” adalah
“Program kualitas Super” yang harus kita cari sendiri.. bagaimanapun caranya..
apapun resikonya..
Karena Program ini tidak dapat
berdiri sendiri, Program ini akan terus ter”Up Grade” saat kita terhadang
masalah dan mempertimbangkan berbagai hal, plus dengan mengerahkan segala daya
upaya untuk mencari sebuah jalan keluar.. ber ulang kali! Catet ya.. ber ulang
kali!
Tempaan demi tempaan adalah
sebuah kekuatan.. "What doesn’t kill me, Makes me stronger!" Kurang lebih gitu
kata orang bule
Sampailah kita pada babak baru di
halaman tengah sebuah buku.. sebuah keluarga kecil dengan 2 orang anak dan bonus
segudang tanggung jawab di dalamanya
Suatu masa, saat kita selesai
dengan segala tanggung jawab kita sehari hari..
Segelas teh panas dalam genggaman
akan menemani kita melepaskan lelah bersama sebuah sofa..
Tanpa perlu dorongan sebuah
drama, sang “malu” akan hadir mengingatkan kita..
tentang sebuah cerita.. berjudul
Tanggung Jawab yang dahulu kala
harus dipikul oleh kedua orang tua kita
Tanggung Jawab yang dahulu kala
kita bantah demi eksistensi semu semata
Tanggung Jawab seorang ayah dan
ibu, yang tak pernah putus dimakan masa
Dapet salam dari “What doesn’t kill me Makes me stronger”
Makanya kalau dikasih tau orang tua didengerin..
Mereka kan pernah seumur kamu dan kamu kan berlum pernah
seumur Mereka
May 2019
JB Handoyo
anyway.. You don't need to get killed just to have responsibility.. right?
16 Mei 2019
Footsteps in a sand
06:10 , too early to check in..
pikir gw dalam hati saat melirik angka digital yang menampakan dirinya sebagai screen saver
Saat pramugari membuka pintu,
segera gw samber backpack di bagasi atas dan ngeluyur kearah pintu sambil
melewati barisan orang orang yang masih sibuk meraih koper, tas, bungkusan,
boneka, kardus, bocah rewel dan segala
macam barang yang mereka bawa.. Gosh, what is wrong with these people.. kenapa
juga sih mereka selalu merepotkan diri dengan begitu banyak barang yang harus
dibawa saat traveling? Apa mereka pikir mau pindahan?
Melenggang dengan apa yang ada di
badan plus 1 backpack, buat gw udah lebih dari cukup untuk bertahan beberapa
minggu di pulau kosong sekalipun, mungkin gw yang aneh.. tapi biarlah, semua
punya urusanya masing masing.
Pemandangan yang sangat akrab
juga terlihat di area baggage claim, segerombolan orang sibuk menunggu barang
mereka yang melenggak lenggok bak pragawati di luggage belt
DK 1756 , ini dia.. sedikit
berjongkok, masukin tangan keatas ban bagian depan dan Got it ! nongol sebuah kunci
yang tertempel di bagian atas rongga ban
.. seperti biasa, alarm off dan semenit kemudian gw sudah melaju diantara pohon
bakau yang berjejer di pinggir jalan
Pagi itu sedikit mendung, saat gw
taro pantat seenaknya di kursi pantai, sambil memasang lensa 135-400 andalan
yang setia nemenin kemana mana
Mungkin sudah kebiasaan, entah
buruk atau baik.. nih tangan selalu menggenggam kamera saat berada di alam
bebas, karena gw pikir.. moment super gak akan pernah terulang saat mendadak
muncul di hadapan kita
Masih belum terlalu banyak
aktivitas di sepanjang pasir putih yang terhampar di depan mata, sambil abisin
teguk terakhir didalam botol hijau yang ada disamping, gw pun beranjak
Bro, aku tak kelilingan sik yo..
Santai bro .. jawab anak
banyuwangi yang mencoba peruntungan berjualan di situ, dan telah menjadi “Ma
Best Friend” hampir lebih dari 8 tahun
Sapasang tapak kaki jelas
terlihat, sepanjang pantai berpasir putih yang airnya menyurut saat gw berjalan
menju teluk berkabut tipis
Hanya Sepasang.. milik satu orang yang berjalan tanpa arah
tujuan..
Dimana Tuhan ?
Kenapa gw Jalan Sendirian ?
Kenapa Gw akhirnya selalu harus
kembali ketempat yang sama.. disaat suasana hati yang sama.. dan melakukan hal
yang sama.. sendirian..
Angin berhebus sedikit keras,
bersamaan dengan sapuan ombak yang menerjang kaki dan menghapus jejak yang gw
tinggalin di belakang..
Seketika gw sadar, ngga pada tempatnya
gw bertanya & ga pada tempatnya juga gw ngedumel..
Bagai film beralur flashback,
memory gw meluncur mundur dalam sekejap
Di tempat yang sama.. dengan suasana
hati yang sama.. dan melakukan hal yang sama..
Yang membuat semua berbeda
adalah.. saat itu ada 2 pasang tapak kaki.. ada 2 orang yang berjalan
dan ada 1 orang yang mengatakan..
“Jangan pernah kamu merasa
sendirian, saat kamu berjalan di pantai dan melihat sepasang tapak kaki
mengikutimu di atas pasir.. itu bukan tapakmu, itu tapak kakiNYA, yang selalu
setia mendampingimu kapanpun dan kemanapun kamu pergi , serta menuntunmu supaya
kamu tidak berjalan kearah air yang dalam”
Bersyukurlah saat masih ada orang
yang mau memberimu nasehat dengan tulus
karena saat kamu harus kembali
mengingat apa yang dikatakanya, terkadang ia sudah tak lagi ada.
Flashback 2009
The Island of God
JB Handoyo
May 2019
28 Apr 2019
Inspirational moment
Belakang ini suasana terasa
sedikit lebih tenang, dibandingkan hari hari lalu yang sarat dengan Pekik
nyaring dan kepalan tangan yang bersanding dengan simbol jari yang mengacung
tegak menghunus langit
Kini memang saatnya menghitung
hari bagi seluruh rakyat Indonesia, menuju tanggal sakral yang akan menentukan
siapa sosok junjungan bangsa lima tahun kedepan.
Sebagian mulai merenungi masa
depan yang mulai terbayang, sedangkan yang lain sibuk berbagi cerita kepada
yang lain
Sebuah Tonggak sejarah baru,
tinggal selangkah lagi berdiri tegak, tertancap kuat diantara tonggak tonggak bersejarah
lainya yang telah lebih dulu menghujam bumi
Begitu banyak peristiwa yang
ingin terungkap dari sang otak yang
menyimpan segudang gambaran peristiwa yang perlahan tapi pasti meredup termakan
masa
Lelucon dan dagelan tak lucu serta jauh dari mutu sahut menyahut, dari mereka yang mencoba menabur angin dengan
mengharap badai akan datang membawa perubahan yang menguntungkan, Sampai pekikan
lantang mereka yang berdiri tegak meneriakan perubahan atas sebuah keadaan
Yang pasti, secara perlahan.. masa depan mulai menampakan wujudnya secara samar
Masih terngiang jelas suara-suara mereka yang
bertarung di gelanggan
sanggahan keras seorang seorang
aktivis mahasiswa 1998 yang mengatakan “keluar
masuk hutan dengan senjata bukan berarti lebih Nasionalis dari seorang
pengusaha, politikus ataupun profesi lainya.. itu masalah pilihan” @budiman
sudjatmiko
jawaban spontan “dia pengurus kuda yang baik” seorang
@adiannapitupulu saat @najwasihab bertanya tentang sosok salah satu calon
presiden
Atau jeritan parau “Saya sudah terpilih menjadi
Presiden seluruh rakyat Indonesia” begitulah deklarasi yang lebih cenderung
berbau halusinasi dari sosok mantan petinggi militer yang memiliki rekam
jejak kelam dimasa orde baru, sepotong kalimat yang seharusnya dilontarkan
setelah pemilihan siapa yang menang dan yang kalah secara resmi diumumkan.
Pertarungan politik 2019 buat
saya dan teman teman yang hidup dalam dunia tulis menulis dan rekayasa
imajinasi, memang membawa sangat banyak pen”cerahan” dan inspirasi
Kalau boleh saya berbagi opini,
badai demokrasi saat ini kiranya bisa menjadi wacana untuk menambah ilmu, bagi
para politikus muda yang saat ini mulai menunjukan sosoknya
Mbak mbak sudah cukup berteriak
dengan lantang kok.. @grace Natalie @tsamaraamani , tapi percaya nggak percaya, ternyata kamilah
yang agak sedikit lamban menyerap maksud yang kurang terkirim secara eksplisit
Kampanye dengan konsep yang “Out
Of the Box”t dalam dunia politik ternyata masih butuh bumbu janji manis dan
polesan mimpi yaa..
Plus popularitas semata, kini tidak
lagi bisa menghipnotis mereka yang dengan mudah bisa berbalik badan, saat
doktrinisasi dan fitnah mulai berkumandang di telinga mereka
Menyedihkan ya.. tapi itulah kita hingga saat ini.
Saya yakin kalian berdiri bersama
barisan pemikir berkualitas dan berintegritas, secara branding, sang produk sudah mulai tercipta.. tapi sebuah proses tetaplah sebuah proses.. kaidah kaidah yang berada
didalamnya haruslah tetap bersinergi dan masih harus melewati kajian-kajian..
yang dalam dunia saya dikenal dengan nama Focus Group Discussion a.k.a FGD, sebelum
secara sepakat, dikomunikasikan kepada
khalayak ramai
Tetap Semangat !
"Adore objectivity based on valid
research, ignore subjectivity nor perception, be consistent, know your enemy
before attacking, and review, review and review every each of your step"
Ada sebuah Quote yang saya garis
bawahi denga tebal, Quote ini seketika
membuat jantung saya berhenti berdetak seketika, saat saya dengar..
“Sekuat apapun kalian ingin menjatuhkanya, sekuat itu pula kami akan
melawan dan bangkit bersamanya”
Sangat sangat sederhana, bermakna,
tidak bertele tele dan berkelas !
Tapi sekali lagi sayang, mereka diluar
sana masih berteriak melawan tanpa fakta, tanpa hati nurani dan tanpa adat
berkelas
Well.. kita ngga bisa berharap
mereka yang tak beradab akan berkaca sih..
Tapi paling engga kita tetap bisa
memberi contoh kepada mereka
Bahwa yang Benar akhirnya akan TETAP menjadi Benar
dan yang BAIK berasal dari hal BAIK
JB4DEMOCRACY April 2019
23 Apr 2019
Atas Nama Cinta
Gulungan awan gelap baru saja
datang berlomba menutupi sang surya, saat dengan gontai kulangkahkan kaki
menuju jalanan di depan stadion kebanggan kami di senayan jakarta..
This is it.. I just became part
of the biggest and most historic event in this country.. gumanku dalam hati..
Adrenalin yang deras terpompa
sejak subuh seakan tak kurasakan lagi, terhapus berkala saat aku harus
berteriak memompa semangat.. bermandi keringat dibawah terik matahari..
bergumul dengan jutaan sejawat.. berdesakan bersama aparat dan saling
berpegang erat bersama sahabat..
Rasa bangga yang berkecamuk di
dada, berbaur dengan getaran panas pelupuk mata yang membasah karena terharu
biru.. saat ia mengatakan ingin memeluk kami satu persatu..
Atas nama Cinta
Maaf.. Ini personal.. ini masalah
hati.. ini tak bisa di khianati !
Aku tidak peduli siapa yang Kau
bela !
Aku tidak peduli apa yang membuatMu kecewa!
Hingga Kau dengan dingin
melontarkan hujatan.. kebencian.. fitnah.. caci maki dan murka.. hingga Kau adu
domba Kami
Yang aku tahu.. Kau hanya berdiri
setengah kaki dan berteriak setengah hati.. demi kepentinganMu sendiri !
Maaf.. kami bukan segerombolan
babi yang bisa Kau tuding dan giring.. agar Kau bisa menggapai apa yang Kau
ingin
Tidakkah Kau ingat asalmu ? Tidakkah
Kau merasa malu ?
Kau tunggangi mereka yang rela
berdiri tegak dengan semangat membara, tanpa tahu bahwa ia berada di antara kumpulan
anjing berbulu domba
Demi Apapun ! Kau korbankan negeri
ini .. Kau injak injak harga diri kami.. Kau khianati mereka yang berkalang
tanah dan bermandi darah demi Tegaknya Bangsa ini !
BIADAB
Kami tahu, Kau akan terus
mencoba dan terus bicara tentang ke”Benar”an mu , tentang mimpi mimpimu,
tentang masa depan semu yang Kau janjikan dan tak akan pernah Kau tepati
Kau.. tak lebih dari parasit
yang terus melompat dari satu inang ke inang lainya
Kau.. tak lebih dari pemangsa
bangkai yang akan terus mengorbankan apapun dan siapapun
Kau.. Tak pantas memimpin kami
Sejenak aku tertegun dengan apa
yang kupikirkan.. sekejap aku teringat bahwa aku bukan siapa siapa..
Aku hanya bisa berdoa kepadanya..
seiring Sir John Lenon mulai melantunkan suaranya, membawaku menjauh dari
kerumunan orang orang
Imagine all theres no country..
It isn’t hard to do
Nothing to kill to die for
And no religion too
Tuhan lindungi kami.. Jauhkan
dari para pendengki.. Berkati Negeri ini
April 2019
JB .. atas nama cinta
22 Apr 2019
Euphoria Militansi
Sudah cukup lama gak update Blog,
penyebabnya bukan karna gak ada bahan.. tepi
lebih kepada masalah teknis, alias lupa password login wkwkwk..
Sebenernya saya malas membahas
masalah ini, karena udah banyak banget orang yang lebih jago, lebih tau, lebih
kritis dan lebih-lebih lainya membahas masalah yang sama.. tentang Pesta
Demokrasi Indonesia 2019.
Ada beberapa hal yang akhirnya
memaksa saya untuk mengolah tumpukan memory yang terekam di otak kanan saya selama
euphoria ini berlangsung..
Terus terang, saya orang
yang gak peduli dengan hingar bingar Politik, baik di negeri ini ataupun di negeri orang .. buat saya Politik
adalah pilihan terakhir yang akan saya pikirkan, saat duduk sendirian setelah
berjibaku dengan segala hal yang lebih realistis di kehidupan saya, dengan kata
lain, hidup saya sudah cukup ruwet tanpa harus ditambah dengan urusan gak
penting (no offense)
Februari 2019, Hidup saya tiba - tiba
berubah, saat teman-teman dan almamater diatas angkatan saya meneriakan Hal
yang sama.. Bela Orang Baik ! sepersekian detik kemudian memory saya segera
menampilkan sebuah tayangan peristiwa yang terjadi di tahun 1998.
21 Tahun yang lalu Saya ikut
berteriak.. mengepalkan tangan dan berbagi peluh dengan ribuan orang yang
menuntut tanggung jawab atas kematian kakak kakak kami, walaupun setelah semua
berakhir sayapun kembali pada mode Gak Peduli selama 21 Tahun !
Semua atas nama 1 Orang.. yang
terus terang hanya saya kenal dari pemberitaan media.
Saya dan mungkin jutaan orang
yang lain mungkin hanya terbawa arus, terbawa suasana, terbawa euphoria… atau
termakan Hoax.. apalah namanya
1 Hal yang saya tahu.. di tanggal
13 April 2019 saya datang ke sebuah bilik dan melampiaskan Militansi saya.
Bukan memilih yang Terbaik..
tetapi berusaha untuk mencegah dari hal yang Terburuk
Sudah saatnya Negeri ini memiliki
Orang baik.. Negeri ini tidak perlu mereka yang hanya berjanji untuk menjadi
yang TERBAIK.
April 2019
JB 4 Good People
Langganan:
Postingan (Atom)