18 Mei 2019

What doesn’t kill me, Makes me stronger!



Saat kita masih kecil, kita selalu berlari kearah ibu dan bapak.. mencari Mereka saat ia hilang dari sudut mata.. menangis demi mencari perhatianya dan menolak berjalan demi merasa aman berada di dekapanya
Kita tak pernah malu.. kita tak pernah ragu.. karena kita tahu kita dalam lindungan Mereka
Saat kita mulai belajar membaca dan memiliki teman sebaya, kita mulai bertanya pada mereka.. ini apa? Itu apa? Kenapa begini? Kenapa begitu? Dan dengan sabar, Mereka selalu menjawab pertanyaan kita satu persatu
Saat kita bisa membaca dan berhitung, mulailah Tuhan meng”install” software bernama “malu”
Boro boro memakai baju bergambar monyet dan pisang.. digendongpun kita tak mau.. “aku kan malu dilihat teman teman.. “ iya kan ?
Tapi tetap dengan sabar, Mereka selalu menyiapkan seragam sekolah kita, mengisi lunch box kita dengan berbagai makanan dan minuman bergizi, membantu mengerjakan Pe Er,  me-nina bobokan kita saat rasa kantuk mulai datang dan berbagai hal lainya yang akan selalu dan “always” berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan kesenangan kita.
Disaat kita sudah mahir membaca dan menghitung, mullailah kita berusaha menanggalkan atribut “anak kecil” kita dengan segala hal yang kalau diingat ingat lagi.. mungkin sangat memalukan
Menolak dimandikan.. sudah pasti ^_^ , mulai bergaya dan berdandan bak orang dewasa.. ikut ikutan trend paling up to date.. dan menahan tangis sebisa mungkin supaya gak dibilang cengeng.. wkwkwk..
Waktu terus berjalan sampai kita mengenal sebuah rasa abstrak bernama “cinta”.. 4 huruf pengganggu emosi ini seakan menjadi sebuah persimpangan keramat diujung  jalan yang sebelumnya lurus lurus aja.. , mau ke kiri atau ke kanan ?
Jangankan di ingatkan teman.. nasihat orangtuapun gak akan mempan, saat kita mulai mempertimbangkan mau pergi nonton sama pacar, tapi tahu pulangnya akan kemaleman atau menolak nonton, karena takut kena marah pulang kemaleman.. semua menjadi ruwet karena mempertimbangkan “atas nama cinta”.. ahahaha..
Akhirnya tetep nonton dan bersiap dengan segala alasan :)
Selanjutnya.. masalah demi masalah silih berganti menerpa kita, bak hujan deras yang tak kunjung reda..
Cemburu, Putus cinta, nilai ujian jelek, ketahuan bo’ong, jatuh sakit, sedih karena berantem dengan sahabat, dan ini itu lainya
Begitulah.. mau salahin siapa? Kan semua pilihanmu sendiri.. itu yang dikatakan orang tua, saat kita duduk berhadap hadapan di meja makan dalam sebuah sidang keluarga.
Tahun berlalu silih berganti dan sampailah kita pada sebuah keputusan untuk menjalani hidup dengan orang yang kita cintai.
Minta restu orang tua? Aturan Klise, Jelas akan tersirat.. tentu saja ditambah addendum lainya.. umur cukup, Sekolah sudah selesai, sudah bekerja, sopan dan minimal udah pernah makan malam bersama keluarga sebanyak 12 kali (kalau dihitung bulanan, berarti pacaran minimal setahun dan dinner sebulan sekali ya..)
Segala masalah dan perjalanan hidup yang kita lalui mulai meredup, menuju sebuah babak baru yang kalau di analogikan menjadi sebuah buku.. baru sampai di bagian sampul depan.. dan "sialnya" nggak ada chapter index yang bisa jadi patokan, untuk mengetahui akhir ceritanya akan gimana.. paling pol juga ada referensi dari para pendahulu, yang malah cenderung bisa bikin tambah stress.. wkwkwk..  selamaat.. semoga awet sampai usia senja yaa..:)
Tuhan sungguh amat bijaksana, Ia hanya meng “install” program "rasa malu" di dalam diri kita, sedangkan program lain bernama “Tanggung Jawab” tak akan pernah diberikanNYA
Pelit? Enggak laah..
Ia tahu.. “Tanggung Jawab” adalah “Program kualitas Super” yang harus kita cari sendiri.. bagaimanapun caranya.. apapun resikonya..
Karena Program ini tidak dapat berdiri sendiri, Program ini akan terus ter”Up Grade” saat kita terhadang masalah dan mempertimbangkan berbagai hal, plus dengan mengerahkan segala daya upaya untuk mencari sebuah jalan keluar.. ber ulang kali! Catet ya.. ber ulang kali!
Tempaan demi tempaan adalah sebuah kekuatan.. "What doesn’t kill me, Makes me stronger!" Kurang lebih gitu kata orang bule
Sampailah kita pada babak baru di halaman tengah sebuah buku.. sebuah keluarga kecil dengan 2 orang anak dan bonus segudang tanggung jawab di dalamanya
Suatu masa, saat kita selesai dengan segala tanggung jawab kita sehari hari..  
Segelas teh panas dalam genggaman akan menemani kita melepaskan lelah bersama sebuah sofa..
Tanpa perlu dorongan sebuah drama, sang “malu” akan hadir mengingatkan kita..
tentang sebuah cerita.. berjudul
Tanggung Jawab yang dahulu kala harus dipikul oleh kedua orang tua kita
Tanggung Jawab yang dahulu kala kita bantah demi eksistensi semu semata
Tanggung Jawab seorang ayah dan ibu, yang tak pernah putus dimakan masa

Dapet salam dari “What doesn’t kill me Makes me stronger”
Makanya kalau dikasih tau orang tua didengerin..
Mereka kan pernah seumur kamu dan kamu kan berlum pernah seumur Mereka

May 2019
JB Handoyo
anyway.. You don't need to get killed just to have responsibility.. right?

16 Mei 2019

Footsteps in a sand



06:10 , too early to check in.. pikir gw dalam hati saat melirik angka digital yang menampakan dirinya  sebagai screen saver
Saat pramugari membuka pintu, segera gw samber backpack di bagasi atas dan ngeluyur kearah pintu sambil melewati barisan orang orang yang masih sibuk meraih koper, tas, bungkusan, boneka, kardus, bocah rewel  dan segala macam barang yang mereka bawa.. Gosh, what is wrong with these people.. kenapa juga sih mereka selalu merepotkan diri dengan begitu banyak barang yang harus dibawa saat traveling? Apa mereka pikir mau pindahan?
Melenggang dengan apa yang ada di badan plus 1 backpack, buat gw udah lebih dari cukup untuk bertahan beberapa minggu di pulau kosong sekalipun, mungkin gw yang aneh.. tapi biarlah, semua punya urusanya masing masing.
Pemandangan yang sangat akrab juga terlihat di area baggage claim, segerombolan orang sibuk menunggu barang mereka yang melenggak lenggok bak pragawati di luggage belt
DK 1756 , ini dia.. sedikit berjongkok, masukin tangan keatas ban bagian depan dan Got it ! nongol sebuah kunci yang tertempel di bagian atas rongga  ban .. seperti biasa, alarm off dan semenit kemudian gw sudah melaju diantara pohon bakau yang berjejer di pinggir jalan
Pagi itu sedikit mendung, saat gw taro pantat seenaknya di kursi pantai, sambil memasang lensa 135-400 andalan yang setia nemenin kemana mana
Mungkin sudah kebiasaan, entah buruk atau baik.. nih tangan selalu menggenggam kamera saat berada di alam bebas, karena gw pikir.. moment super gak akan pernah terulang saat mendadak muncul di hadapan kita
Masih belum terlalu banyak aktivitas di sepanjang pasir putih yang terhampar di depan mata, sambil abisin teguk terakhir didalam botol hijau yang ada disamping, gw pun beranjak
Bro, aku tak kelilingan sik yo..  
Santai bro .. jawab anak banyuwangi yang mencoba peruntungan berjualan di situ, dan telah menjadi “Ma Best Friend”  hampir lebih dari 8 tahun
Sapasang tapak kaki jelas terlihat, sepanjang pantai berpasir putih yang airnya menyurut saat gw berjalan menju teluk berkabut tipis
Hanya Sepasang..  milik satu orang yang berjalan tanpa arah tujuan..
Dimana Tuhan ?
Kenapa gw Jalan Sendirian ?
Kenapa Gw akhirnya selalu harus kembali ketempat yang sama.. disaat suasana hati yang sama.. dan melakukan hal yang sama.. sendirian..
Angin berhebus sedikit keras, bersamaan dengan sapuan ombak yang menerjang kaki dan menghapus jejak yang gw tinggalin di belakang..
Seketika gw sadar, ngga pada tempatnya gw bertanya & ga pada tempatnya juga gw ngedumel..
Bagai film beralur flashback, memory gw meluncur mundur dalam sekejap
Di tempat yang sama.. dengan suasana hati yang sama.. dan melakukan hal yang sama..
Yang membuat semua berbeda adalah.. saat itu ada 2 pasang tapak kaki.. ada 2 orang yang berjalan
dan ada 1 orang yang mengatakan..
“Jangan pernah kamu merasa sendirian, saat kamu berjalan di pantai dan melihat sepasang tapak kaki mengikutimu di atas pasir.. itu bukan tapakmu, itu tapak kakiNYA, yang selalu setia mendampingimu kapanpun dan kemanapun kamu pergi , serta menuntunmu supaya kamu tidak berjalan kearah air yang dalam”
Bersyukurlah saat masih ada orang yang mau memberimu nasehat dengan tulus
karena saat kamu harus kembali mengingat apa yang dikatakanya, terkadang ia sudah tak lagi ada.

Flashback 2009 

The Island of God
JB Handoyo
May 2019